MASA MUDA RASULULLAH SAW (Muhammad Menghilang)
Muhammad Menghilang
Halimah cepat-cepat mangajak Muhammad pergi
tetapi dari krjahuan orang-orang Habasyah itu terlihat bergegas mengikuti
mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu dengan baik sehingga dia dia bisa
melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah walaupun dengan susah payah.
Tidak beberapa lama kemudian,
Halimahmenyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekkah. Sedih sekali
Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya: Syaima, Unaisah dan
Abdullah.
“Muhammad, jangan lupakan kami ya?” pinta
Syaima dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu
per satu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan Dusun Bani Sa’ad dengan
semua kenangan indah yang tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Halimah mengelus kepala Muhammad dengan penuh
sayang, “Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu.”
Mekkah pada malam hari sangat ramai ketika
mereka tiba. Saat melalui kerumunan itulah Muhammad terpisah dan menghilang.
Halimah kebingungan. Dia takut orang-orang Habasyah itu diam-diam masih
mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik Muhammad.
Sambil menangis Halimah mendatangi Abdul
Muthalib, “Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, tapi ketika aku
melewati Makkah atas, dia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak tahu dimana
dia berada.”
Setelah memerintahkan orang untuk mencari,
Abdul Muthalib berdiri di samping ka’bah lalu berdoa kepada Allah agar Dia
mengembalikan Muhammad kepadanya.
Tidak lama kemdian, datanglah seorang bernama
Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy. Keduanya menyerahkan
Muhammad kepada Abdul Muthalib, “Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah atas.”
Alangkah lega dan gembiranya Adul Muthalib.
“Cucuku!” katanya sambil mendekap Muhammad.
Abdul Muthalib memerhatikan cucunya dengan
wajah berseri-seri, “Apakah kamu mau menunggangi unta yang hebat?”
“Mau, tetapi mana untanya, Kek?”
Sambil tertawa orang tua itu mengangkat
Muhammad dan mendudukannya diatas bahu.
“Kau kini telah menduduki untanya Nak! Haa . .
.ha. . . ha . .”
“Wah unta heatnya kok sudah tua ya, Kek!”
“Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku!
Lihat, unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi ka’bah.”
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di
ka’bah. Setelah itu, dia memintakan perlindungan Tuhan untuk cucunya itu dan
mendoakannya.
“Mari kita menemui ibumu sekarang,” ajak Abdul
Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika
mereka saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan di hati Muhammad ketika
dia melepas Halimah As Sa’diyyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya
dengan limpahan kasih yang demikian besar.
“Selamat tinggal, Muhammad. Jadilah orang
besar seperti yang pernah di katakan ibumu,” kata Halimah sambil beranjak
pergi.
Sampai dewasa muhammad tidak pernah memutuskan
talisilaturrahim dengan ibu susunya itu.
Memo : Waraqah bin Naufal adalah seorang paman
bunda khadijah yang kelak menjadi istri Muhammad. Waraqah tidak menyukai
berhala. Dia tetap mengikuti ajaran nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi hamba
Allah yang setia. Ia tidak minum-minuman keras dan tidak berjudi. Ia bermurah
hati terhadap orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar